Terkadang ada orang yang salah mendefinisikan konsep "bersikap kelakian". Mereka berfikir bahawa sikap kelakian itu
dengan merokok, mempunyai tatu di lengan, atau berani berkelahi dengan sesiapa saja. Padahal sikap kelakian ertinya
berani bertanggungjawab, jadi tidak ada kaitan dengan hal-hal lahiriah. Yunus mengajarkan kepada kita sebuah contoh
tentang bersikap kelakian yang sesungguhnya. Sikap tersebut muncul tatkala Tuhan mendatangkan badai besar yang
menghentam kapal yang ia tumpangi. Para penumpang kapal berteriak ketakutan. Bahkan, nakhoda kapal meminta agar
Yunus ikut berseru kepada Allahnya, untuk memohon keselamatan (ayat 6). Dalam situasi seperti itu Yunus bisa saja
bersikap tidak peduli. Apalagi ia masih boleh tidur nyenyak dan tidak terganggu dengan segala goncangan yang terjadi.
Pada saat itu tak seorang pun tahu bahawa badai tersebut terjadi kerana Allah sedang "mengejar" dirinya, sehingga ia
harus bertanggungjawab. Namun, Yunus bukanlah orang seperti itu. Dengan sikap kelakiannya, dia mengakui bahawa
badai tersebut terjadi akibat ulahnya-ia bersalah kepada Allah. Ia pun bukan sekadar mengakui kesalahan, melainkan
juga rela menerima konsekuensi kesalahannya, iaitu dilempar ke laut. Itulah sikap kelakian: berani mengakui kesalahan
dan menerima konsekuensinya. Sikap kelakian Yunus patut kita contohi. Tidak mudah untuk mengakui kesalahan
kita. Dan, lebih tidak mudah lagi untuk berani menanggung konsekuensi dari kesalahan kita. Akan tetapi, sikap
demikianlah yang harus kita tunjukkan jika kita ingin disebut sebagai orang yang BERSIKAP KELAKIAN.
Baca : Yunus 1:4-17
ORANG LELAKI BERANI MENILAI DIRINYA SENDIRI, BAHKAN KETIKA IA BERBUAT SALAH
No comments:
Post a Comment